Cerita Watu Tumpang di Hutan Pinus Mangunan

 

IMG-20160221-WA0011

Bagi yang pernah datang ke hutan pinus Mangunan di daerah Dlingo Jogjakarta pasti tahu keberadaan Watu Tumpang ini. Ya, sebuah batu besar yang menumpang di atas sebuah batu kecil. Posisi batunya unik, berada di lembah hutan pinus Mangunan. Bila sudah masuk ke hutan pinus, ikutin jalur ke arah gardu pandang dari situ ada papan penunjuk arah menuju Watu Tumpang. Arahnya gampang diingat.

Minggu pagi di sepertiga bulan Februari 2016, saya sengaja menuju hutan pinus Mangunan untuk menggerakan badan sekaligus merasakan udara segar. Pagi itu, gerimis turun sebentar dan sepertinya malam sebelum pagi telah terjadi hujan. Ketika masuk ke area hutan pinus terlihat tanah merah yang basah, dan terasa sejuk di pergelangan kaki dari cipratan rumput yang terinjak.

IMG_20160214_104256

Setelah melewati jalan menurun, sampailah di lokasi Watu Tumpang, yang jika dipikir sebentar, posisinya cukup unik, pertanyaan muncul, bagaimana batu besar menumpang di batu kecil tapi tidak roboh? Misalnya kalau menggunakan teori gaya gravitasi harusnya batu besar tersebut sudah menggelinding ke arah lembah karena posisi tanah yang miring. Kok posisi batu tersebut tetap stabil ya.

Menurut cerita, konon dahulu kala saat Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar mensyiarkan agama Islam di daerah Dlingo, masyarakat daerah tersebut sulit percaya akan adanya Tuhan. Karena itu, Sunan dan Syekh memohon kepada Tuhan untuk memindahkan batu raksasa itu ke atas sebuah batu kecil untuk menggambarkan bahwa dalam kuasa Tuhan, semua menjadi mungkin terjadi, seperti batu raksasa yang tidak goyang maupun bergeser meski diletakkan diatas batu yang lebih kecil. Konon ceritanya begitu walaupun saya kurang yakin dengan cerita itu. πŸ˜€

IMG-20160221-WA0015 IMG-20160221-WA0014

Cerita di atas bagian dari sambungan cerita keberadaan batu lain disekitar lokasi, yakni Watu Lanang ( Batu Pria) yang keberadaanya berdekatan dengan Watu Tumpang serta petilasan Gunung Kendil. Konon Watu Lanang dan Gunung Kendil adalah bagian dari petilasan Syekh Siti Jenar.

Terlepas dari sejarah dan cerita di atas, Watu Tumpang di Hutan Pinus Mangunan keberadaannya sangat menarik. Misal kalau kita bertanya ketika terjadi gempa besar melanda Jogja tahun 2016, kenapa batu tersebut tetap tak bergeming. Atau pas terjadi letusan Merapi yang memungkinkan ada pergerakan tanah, posisi batu besar tersebut tetap menempel di batu kecil di bawahnya. Kok bisa ya? Untuk mencari jawabnya silahkan datang ke tempat ini. πŸ˜€

IMG_20160214_111017

Hutan Pinus Mangunan sekarang menjadi primadona para pejalan yang menyukai destinasi alternatif. Konon, keberadaan hutan ini sudah ada sejak tahun 1985, dan mulai jadi tempat destinasi orang jalan-jalan sekitar tahun 2011-an. Biasanya orang banyak datang ke kebun buah Mangunan, sekarang menjadi sepaket, selain ke kebun buah juga ke hutan pinus-nya.

Untuk sampai ke tempat ini, kalau berniat olahraga, bisa coba bersepeda. Kalau saya menggunakan motor, banyak pengunjung lain membawa mobil. Tempat parkirnya luas. πŸ˜€ Kalau datang dari arah Jogja, silahkan meluncur ke Jalan Imogiri Timur menuju pasar Imogiri, nah, sesudah itu ikutilah petunjuk menuju kebun buah Mangunan. Sebelum kebun buah, melewati bukit untuk trek off road sepeda motor, terus jalan menanjak kemudian menurun sedikit, ada simpang tiga, di kiri jalan tertulis petunjuk kearah hutan pinus. Saya kira tak sulit. Namun demikian, tidak ada kendaraan umum menuju ke sini. πŸ˜€

 

 

Leave a comment

close-alt close collapse comment ellipsis expand gallery heart lock menu next pinned previous reply search share star